Penyaluran kredit Kaltim triwulan II tumbuh 22,14 persen

Samarinda – Penyaluran kredit dari perbankan di Provinsi Kalimantan Timur (Kaltim) hingga triwulan II-2022 mengalami pertumbuhan cukup baik, yakni mencapai 22,14 persen (yoy), lebih tinggi ketimbang triwulan sebelumnya yang tercatat 15,15 persen.

“Penyaluran kredit yang meningkat tersebut diiringi dengan tingkat risiko kredit (non performing loans/ NPL) yang rendah, yakni hanya sebesar 2,82 persen,” ujar Kepala Bank Indonesia Kantor Perwakilan Provinsi Kaltim Ricky Perdana Gozali saat Bincang Media di Samarinda, Jumat.

Sejalan dengan itu, dana pihak ketiga perbankan juga tercatat tumbuh tinggi yang mencapai 19,23 persen (yoy), mengalami peningkatan jika dibandingkan dengan triwulan sebelumnya yang sebesar 13,60 persen (yoy).

Sedangkan dari sisi sistem pembayaran, geliat pembayaran non tunai pun terus didorong pihaknya, yakni melalui Quick Response Code Indonesian Standard (QRIS), pembayaran menggunakan metode QR kode dari Bank Indonesia.

Tingkat pembayaran melalui QRIS pada posisi Juni tercatat lebih dari 249 ribu pengguna. Selain itu, nominal transaksi uang elektronik juga tercatat meningkat dari triwulan sebelumnya, yakni tumbuh 43,37 persen (yoy) menjadi 80,79 persen (yoy).

“Sedangkan untuk menyikapi kenaikan inflasi, Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID) Kaltim terus memperkuat sinergi dan aksi, guna menjaga stabilitas inflasi di Kaltim yang mengacu pada kerangka 4K (ketersediaan pasokan, kelancaran distribusi, keterjangkauan harga dan komunikasi efektif),” katanya.

Dalam rangka menjaga ketersediaan pasokan, dilakukan pemetaan potensi kerjasama antar daerah di level G2G (antar-pemerintah) dan B2B (antar-usaha) untuk mencari mitra dagang yang dapat memasok komoditas ke Kaltim, khususnya komoditas hortikultura dan daging sapi.

Saat ini sedang dikembangkan implementasi digitalisasi UMKM pangan baik di sisi hulu dan hilir, di antaranya melalui penguatan produksi di tingkat rumah tangga untuk komoditas cabai.

Dilakukan pula penerapan digital farming di Pondok Pesantran Pesantren Nabil Husein Samarinda, kemudian penggunaan pupuk organik hasil fermentasi MA-11 untuk optimalisasi hasil pertanian di berbagai klaster binaan.

“Dalam upaya menjaga kelancaran distribusi, juga dilakukan pengamanan jalur distribusi dan, implementasi jalur khusus untuk kendaraan logistik di SPBU dan aktivasi jalur distribusi yang efektif untuk kerja sama antardaerah,” kata Ricky. (Ant)